Hormatilah Tuhan dan Cintailah Manusia": Filosofi Kehidupan yang Tersirat di Taman Ismail Marzuki

 Taman Ismail Marzuki (TIM), sebagai pusat seni dan budaya, bukan hanya menjadi saksi bisu dari beragam pertunjukan dan kreasi seni, tetapi juga menyimpan filosofi kehidupan yang mendalam. Dengan prinsip "Hormatilah Tuhan dan Cintailah Manusia," TIM mengajak kita untuk merenung dan mengekspresikan nilai-nilai luhur dalam karya seni, sekaligus menggugah kesadaran sosial dan spiritual setiap individu yang mengunjunginya.

Taman Ismail Marzuki (TIM), sebagai pusat seni dan budaya, bukan hanya menjadi saksi bisu dari beragam pertunjukan dan kreasi seni, tetapi juga menyimpan filosofi kehidupan yang mendalam. Dengan prinsip "Hormatilah Tuhan dan Cintailah Manusia," TIM mengajak kita untuk merenung dan mengekspresikan nilai-nilai luhur dalam karya seni, sekaligus menggugah kesadaran sosial dan spiritual setiap individu yang mengunjunginya.

Raden Saleh Syarif Bustaman (1811–1880) adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah seni rupa Indonesia yang dikenal sebagai pionir seni rupa modern di tanah air, khususnya pada masa Hindia Belanda. Sebagai seorang pelukis yang melahirkan karya-karya monumental, Raden Saleh memainkan peran penting dalam mengubah wajah seni rupa Indonesia dengan gaya dan perspektif baru yang menggabungkan unsur-unsur lokal dan Eropa.

Filosofi "Hormatilah Tuhan dan Cintailah Manusia" bisa ditemukan dalam banyak aspek kehidupan yang berkembang di TIM. Dari seni rupa hingga teater, dari musik hingga tari, semua karya yang dipresentasikan di sini sering kali mengandung pesan mendalam yang mengajak kita untuk refleksi terhadap hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Seni di TIM tidak hanya berbicara tentang teknik dan keindahan, tetapi juga tentang nilai-nilai yang lebih tinggi dalam kehidupan manusia.

Komentar

Postingan Populer